DEJAVU

Waktu saya searching e-book, nyasar ke blog http://sal3ho.multiply.com, dan menemukan file e-book dengan ektensi *.djvu, kirain file ini bisa dibuka seperti PDF, ternyata ga dikenal. “Kumaha macana?“, fikir saya teh. Wah pasti ada viewernya, dan setelah bekerja keras search lagi dapatlah IrfanView -freeware-(jadi mengingatkan kepada rekan kerja mas Irfan ‘Mansyur’ nih…) di http://www.irfanview.com/. Setelah download -kebetulan sebentar nih, abis pake yang bandwidth 512 Mbps sih..;)- ternyata ada dua buah file yaitu Viewer dan Plugin-nya yang mesti di-install. Begitu dipakai, bener juga saya bisa membuka file *.djvu dan plugin-nya juga banyak. Hebatnya ukuran filenya sangat kecil tetapi kualitas tetap ok!. Sebagai perbandingan lihat saja :

Computerworld_08_04_02.pdf — 35.317 KB
Computerworld_08_04_02.djvu —-1.107 KB

Jadi kurang lebih 97% kompresinya! Manstap bennneerrr…

Menurut situsnya di http://djvu.org, “DjVu (pronounced “déjà vu”) is a digital document format with advanced compression technology and high performance value. DjVu allows for the distribution on the Internet and on DVD of very high resolution images of scanned documents, digital documents, and photographs. DjVu viewers are available for the web browser, the desktop, and PDA devices.”

Terjemahan bebasnya kira-kira begini, “DjVu adalah suatu bentuk atau format dokumen digital yang menggunakan teknologi kompresi dan nilai unjuk kerja yang ‘hi-tech’. DjVu mampu mendistribusikan file-file multimedia di internet dan pada media DVD beresolusi tinggi…”

Jadi silahkan Anda mencobanya.

Cerita lain : Dejavu adalah pengalaman suatu kejadian yang sepertinya sudah pernah dilakukan sebelumnya dengan situasi yang sama. Mungkin Anda pernah mengalaminya ya??? Jadi kepengen nonton filmnya nih :-).

 

Menurut kepercayaan ummat Buddha katanya, sebagian orang memang dapat merasakan seolah ia telah mengalami suatu kejadian sebelum ia menjumpai kejadian yang sesungguhnya di masa kini. Penyebab timbulnya perasaan ini, paling tidak, dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Pertama, perasaan itu timbul karena ia telah lebih dari sekali ‘melihat’ kejadian tersebut di dalam mimpi. Perasaan jenis ini biasanya timbul ketika ia melihat kejadian aktual atau bangunan-bangunan baru yang usianya belum melebihi usianya sendiri. Kedua, perasaan itu timbul karena ia dapat mengingat sebagian atau seluruh pengalamannya di kehidupan yang lampau. Perasaan ini biasanya timbul ketika ia melihat barang atau bangunan kuno yang usianya melebihi usianya sendiri. Ada kemungkinan, dalam kehidupan lampaunya, ia pernah berhubungan dengan barang atau gedung tersebut. Dengan demikian, tidak semua perasaan selalu berhubungan dengan karma lampau seseorang atau kehidupannya di kelahiran yang sebelumnya. (Wallahu’alam bishawab).

About Rudi Kurniawan

Knowledge is power, but character is more.
This entry was posted in Lain-lain. Bookmark the permalink.

Leave a comment